Kami adalah

Selasa, 04 Agustus 2009

WAJAH KOTA TANPA IDENTITAS

Dikutip dari : http://www.pib-banten.go.id/old/arsip/artikel/2004/10/artikel_2004_10_05_wajah_kota_tanpa_identitas.shtml

Dipublish pada acara "Sosialisasi dan Lokakarya Pusat Informasi Bangunan (PIB) Banten, 5 Oktober 2004, Karawaci - Tangerang


Oleh :
Mukoddas Syuhada, ST. IAI.
Kepala PIB Banten
das@pib-banten.go.id


Sepanjang kita hidup, manusia tidak akan pernah lepas dari kungkungan karya arsitektur. Sejak lahir sampai meninggal, arsitektur tidak dapat dihindari keberadaannya, namun sekaligus juga seringkali terabaikan karena kedekatannya dengan manusia.


Karya Arsitektur, baik berupa bangunan ataupun kawasan masih bisa dinikmati keberadaannya di Banten ini. Kalau kita mau meluangkan waktu sejenak untuk berkeliling kota Serang, mulai dari pelabuhan Karangantu sampai pusat Kota Serang, akan terasa sangat kental nuansa jaman dulu sehingga kita merasa dibawa kembali ke jaman Kesultanan Banten dan Jaman Penjajahan Belanda. Karya-karya Arsitektur pada masa itu masih bisa kita lihat walaupun sebagian tinggal puing-puingnya.



Suasana pelabuhan karangantu tempat persinggahan kapal saudagar mancanegara. Pelabuhan Karangantu yang merupakan pelabuhan tertua di Banten dulunya adalah tempat persinggahan kapal-kapal para saudagar dari manca Negara yang hendak bertransaksi dan berdagang. Pelabuhan tersebut merupakan urat nadi perekonomian pada masa Kesultanan Banten. Hilir mudik kapal-kapal sampai sekarang pun masih bisa terlihat, tinggal penataan yang merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk melestarikan bahkan meningkatkan kualitas lingkungannya.



Tampak Mesjid Agung Banten dan Menaranya yang merupakan salah satu landmark arsitektur yang masih utuh.Tidak jauh dari pelabuhan ± 2 km arah selatan, kita bisa menikmati suatu karya arsitektur yang merupakan salah satu landmark terpenting dari sebuah perjalanan arsitektur Banten, yaitu kawasan Banten Lama. Kawasan ini dibangun pada masa Kesultanan Banten, terdiri dari Mesjid Agung Banten dan Menaranya, Benteng Surosowan dan Alun-alun. Kawasan ini dikelilingi oleh kanal yang berhubungan langsung dengan pelabuhan karangantu. Fungsi kanal pada jaman dulu selain untuk keamanan juga untuk memudahkan transportasi ke pelabuhan.



Di sekitar kawasan tersebut kita masih dapat menikmati suatu bukti budaya toleransi antar agama yang sudah terjalin lama di Banten yaitu dengan adanya bangunan klenteng. Juga terdapat benteng speelwijk peninggalan Belanda yang berada persis di bibir utara laut jawa. Bangunan-bangunan lain yang tak kalah pentingnya adalah Rumah dan Mesjid Pecinan di Pamarican yang sekarang tinggal menaranya. Selain menghasilkan rempah-rempah, Banten juga dikenal sebagai lumbung padi dengan sistem irigasinya yang sudah maju, hal ini dibuktikan dengan adanya danau buatan di sekitar dermayon. Danau tersebut diberi nama Tasikardi terletak ditengah-tengah sawah dan merupakan sumber mata air yang mengalir ke benteng surosowan.



Gerbang Kaibon yang menjadi salah satu gerbang khas di wilayah Banten. Sekarang coba kita tengok bangunan yang berada persis di pinggir kali. Sebuah istana megah yang dipersembahkan untuk ibunda permaisuri sehingga bangunan tersebut diberi nama istana kaibon yang berarti istana untuk ibu. Bangunan tersebut kini tinggal puing-puing, namun gerbangnya menjadi salah satu ikon terpenting penghias bangunan-bangunan di Banten, sekarang terkenal dengan sebutan gerbang kaibon.



Bergerak kearah pusat kota Serang ±10 km arah selatan, kita bakal disuguhkan suatu pengalaman ruang yang begitu khas dan berkarakter sangat kuat, yaitu jalanan yang lurus yang dibatasi oleh pohon-pohon asem dengan areal pesawahan yang begitu luas. Dulu…, pemukiman yang lazim disebut desa berada jauh dari jalan, karena desa jaman dulu itu tumbuh dan berkembang mengikuti pola sungai, dan disinilah dapat ditemukan karakter sangat kuat mengenai pembagian ruang yang berupa jalan, pesawahan, makam, pemukiman dan sungai yang dipertegas dengan adanya pohon-pohon asem.



Salah satu sudut jalan raya Banten Lama yang mempunyai ruang yang sangat kuat dan berkarakter dengan adanya pohon-pohon asem yang berusia puluhan tahun. Sekarang, sampailah kita di pusat kota serang. Kota yang dibangun oleh Belanda dari puing-puing istana kaibon yang juga dihancurkan oleh belanda. Pola kotanya disusun seperti layaknya kota-kota yang dibangun oleh belanda, yaitu terdiri dari alun-alun sebagai pusatnya, ada bangunan pemerintahan yang sekarang digunakan sebagai pendopo kabupaten dan kantor gubernuran, bangunan peribadatan yaitu gereja, juga ada bangunan sekolah dan pusat perekonomian yaitu kawasan royal dan pasar lama.



Kompleks Keresidenan Banten di pusat kota serang, dibangun jaman Belanda dengan menggunakan material dari istana Kaibon, sekarang menjadi Kantor Gubernur Propinsi Banten. Di kawasan tersebut banyak sekali bangunan-bangunan khas jaman colonial yang sekarang masih utuh dan berdiri megah dengan akses jalan yang dikelilingi oleh pohon-pohon asem, selain itu terdapat juga bangunan-bangunan yang merupakan peninggalan sejarah yang tinggal puing-puingnya bahkan ada beberapa yang bakal menghilang seperti gedung bioskop merdeka dan pelita.



Bagaimana kalau melalui akses lain menuju kota serang? Seperti kita ketahui, kota serang dapat diakses dari berbagai penjuru mata angin, selain dari arah laut melalui pelabuhan, juga bisa diakses melalui daratan dan pegunungan. Jalan tol yang membentang luas dan menghubungkan langsung kearah ibu kota merupakan potensi yang sangat luar biasa bila kita tata dengan baik.



Kawasan Lippo Karawaci yang berada persis di sisi Jalan tol Jakarta – Merak merupakan satu-satunya kawasan yang mempunyai high rise building. Sepanjang jalan tol tersebut dimana volume kendaraan dan orang hilir mudik begitu padatnya dapat dijadikan suatu showroom atau etalase sebuah peradaban yang dulunya sempat menjadi kiblat arsitektur yang bernafaskan islam.



Empat tahun sudah berjalan pembangunan di Banten sejak berdirnya propinsi yang memisahkan diri dari jawa barat. Perkantoran mulai dibangun, pusat pemerintahan mulai dikembangkan kearah selatan kembali ke masa Banten jaman Hindu Kuno, penataan dan revitalisasi mulai diwujudkan kembali. Artinya propinsi banten sedang giat-giatnya mengejar ketertinggalan dengan propinsi lain. Namun ada suatu pertanyaan yang menggelitik tentang arsitektur banten masa kini. Akan dibawa kemanakah arsitektur banten masa kini itu? Apakah kembali ke jaman banten kuno dengan menempatkan puspem kearah selatan, atau mengikuti jaman kesultanan banten dengan menata kembali kawasan banten pesisir, bisa jadi tetap mengikuti jaman colonial belanda dengan tetap bertahan pada gaya arsitektur colonial.



Usaha-usaha kearah terciptanya identitas kota sudah terlihat, seperti contoh gerbang-gerbang perkantoran menggunakan gerbang kaibon, median jalan protocol diberi hiasan asmaul husna, bangunan-bangunan baru dikombinasikan dengan elemen-elemen khas arsitektur banten, dan adanya usaha revitalisasi kawasan banten lama. Namun yang perlu kita perhatikan bersama adalah masalah penataan kota, rencana tata bangunan dan lingkungan serta master plan kota yang sampai saat ini baru sebatas lembaran-lembaran kertas yang belum diwujudkan. Jangan sampai kota ini yang dulunya punya sejarah arsitektur yang khas dan berkarakter jadi hilang identitasnya.



Salah satu sudut di jalan protocol yang sekarang terkesan semrawut dan kurang tertata dengan baik dan kedepannya sangat berpotensi menimbulkan kemacetan. Hal ini bisa kita lihat di sepanjang jalan protocol (jl. A. Yani Serang) banyak dibangun ruko-ruko dan bangunan-bangunan yang tidak memperhatikan suatu konsep perencanaan kota yang baik, juga titik-titik simpul yang merupakan gerbang utama memasuki wilayah banten sampai saat ini masih menggunakan gerbang dari daerah Jawa barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami menunggu partisipasi pemikiran anda.. silakan