Kami adalah

Selasa, 04 Agustus 2009

Arsitektur Kuno Di Banten

DN. Halwany


Dewasa ini banyak peninggalan kota lama yang bernilai arsitektur tinggi, dan memiliki nilai historis yang cukup memberikan arti yang mendalam terhadap perkembangan zaman, namun banyak yang kurang terawat dan terjaga oleh pemerintah ataupun masyarakat. Ini disebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap Benda Cagar Budaya yang seharusnya sering disosialisasikan kepada masyarakat luas agar masyarakat tahu arti dan manfaat dijaganya Benda Cagar Budaya. Sangat disayangkan bagunan yang terlihat sangat kokoh dan berrciri khas tinggi seperti dapat kita lihat dari struktur bangunan, konstruksi tata ruang dan fungsi-fungsi bangunan lama, tentunya tidak terlepas dari berbagai peristiwa idiologi (keagamaan), politik (lokal, sumer daya), kebudayaan (kontak antar etnis/ras) serta keamanan.


Sebagai mana yang dikatakan oleh H. William Sallers (1984 :


1) reruntuhan dan sisa – sisa bangunan dalam kota kuno itu mungkin akan memperlihatkan suatu kualitas khusus yang kukuh memadai pada masanya, atau kualitas tertentu, lebih spesifik dapat kita lihat dari rancang bangun yang sama sekali tidak lazim, seperti keterampilan masyarakat pembuatnya membentuk sesuatu yang amat langka ditemukan pada bentuk- bentuk umum. Jika dilihat bangunan peninggalan Kota Lama Banten dari mata arsitektur maka banyak terlihat pengaruh dari “luar” serta
dipengaruhi pula oleh ekspresi seni, lambang status dan kenyamanan penghuninya pada masa itu. Seperti terlihat pada bangunan – bangunan seperti; Kraton, Mesjid, Menara, Gedung, Jembatan, Benteng, Pelabuhan, Kelenteng, Waduk dan lain sebagainya.

Keraton Kaibon

Komplek Keraton Kaibon atau Kaibuan terletak di Kampung Kroya, pada tahun 1832 Kaibon di bongkar oleh pemerintah Hindia Belanda, sekarang tinggal pondasi, tembok dan gapura saja. Keraton ini mempunyai sebuh pintu besar yang dinamai pintu dalam. Di pintu gerbang sebelah barat terdapat tembok, pada tembok tersebut terdapat 5 pintu bergaya Jawa dan Bali (Padureksa dan Bentar). Apabila dibandingkan dengan arsitektur Keraton Surosowan, maka Keraton Kaibon ini nampak
lebih “archaik” terutama apabila di lihat dari rancang bangun pintu dan tembok keraton. Untuk menuju keraton terdapat 4 buah pintu Bentar, begitu pula halnya dengan jenis pintu gerbang yang menuju pintu bagian keraton yaitu gerbang Padureksa. Dalam konsep arsitektur Hindu pembedaan jenis pintu (Bentar dan Padureksa) mengacu pada jenis dan fungsi bangunan sakral atau profan.

Keraton Surosowan


Komplek Keraton ini sekarang sudah hancur. Yang masih nampak adalah tembok benteng yang mengelilingi sisa-sisa bangunan berupa pondasi dan tembok-tembok dinding yang sudah hancur, sisa-sisa bangunan pemandian dan bekas sebuah kolam taman dengan bangunan bale kambang. Tembok benteng masih nampak setinggi 0,5 – 2 meter dengan lebar sekitar 5 meter. Pada beberapa bagian, terutama dibagian selatan dan timur tembok benteng ini bahkan ada yang sudah hancur sama sekali. Komplek Keraton Surosowan ini berbentuk segi empat sama panjang, dengan luas kurang lebih tiga hekto are, pintu masuk / pintu gerbang berada di sisi utara menghadap ke alun-alun, dan di sisi timur berdasarkan peta dan gambar lama. Pada keempat sudut benteng , kita dapati bagian tembok yang menebal yang menjorok keluar (bastion), sedangkan dibagian sisi sebelah dalam benteng pada keempat sudutnya terdapat pintu-pintu masuk menuju ruangan yang ada dalam tembok benteng. Dilihat dari gambar dan peta lama diketahui pula bahwa kompek ini dahulunya dikelilingi oleh parit yang digunakan sebagai pertahanan, sekarang parit ini sebagian telah hilang, dan yang masih ada terletak di sebelah bagian selatan dan barat benteng.

Benteng Speelwijk


Benteng ini terletak di kampung Pamarican dekat Pabean. Sekarang sudah hancur, tetapi sebagian dari temboknya masih utuh terutama yang terletak di sisi utara benteng, di atas reruntuhan sisi utara tembok keliling benteng Speelwijk di bagian luar terdapat parit buatan yang mengelilinginya. Benteng Speelwijk terletak kurang lebih 600 m di sebelah barat keraton Surosowan, berbentuk persegi panjang tidak simetik karena setiap sudutnya terdapat Bastion. Benteng ini didirikan pada tahun 1585 oleh Belanda dan untuk menghormatinya nama yang diberikan pada benteng ini adalah nama pejabat Belanda yaitu Gubenur Jendral Cornelis Janszon Spelman yang bertugas di Banten pada tahun antara 1681 – 1684.

Klenteng China Bio Hud Couw


Klenteng Cina ini terletak di sebelah barat bangunan Benteng Speelwijk berjarak puluhan meter saja karena dipisahkan oleh sebuah parit, sementara itu menurut catatan Valentijn (1725) berlokasi di sebelah selatan Menara Banten. Meskipun klenteng ini sudah berusia 500 tahun, bangunan klenteng ini memiliki ciri khas tersendiri sama seperti bangunan-bangunan bersejarah lainnya pada umumnya, tetapi bangunan klenteng amat terpelihara dengan baik dan masih berfungsi sebagai tempat peribadatan para pemeluk agama Budha.

Komplek Masjid Agung Banten


Komplek Masjid terdiri dari bangunan masjid dengan serambi pemakaman dari kiri ke kanan, Bangunan tiyamah, menara dan tempat pemakaman di halaman sisi utara. Bangunan induk masjid ini berdenah segi empat, atapnya merupakan atap bersusun lima, dari kiri dan kanan bangunan ini terdapat masing-masing serambi.


Waduk Tasik Ardi


Dilihat dari sub sistem pemukiman manusia, merupakan salah satu prilaku adaptasi manusia dalam melindungi dirinya dari faktor-faktor lingkungan alam. Salah satu fungsi instruksi dari sub sistem pemukiman yakni; secara spesial sub sistem pemukiman manusia merupakan benteng ruang bagi manusia untuk menyelengarakan sebagian aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satu komponen persyaratan layak atau tidaknya sesuatu bentang ruang untuk dapat dijadikan pemukiman, ialah tersedianya suplai air bersih, dengan merekayasa sumber air yang tersedia di sekitar lingkungannya. Di Banten eksistensi waduk Tasikardi yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Tirtayasa, merupakan suatu fenomena yang amat menarik. Waduk Tasikardi melalui hasil penelitian para arkeolog mengenai aspek fisik maupun aspek fungsi menghasilkan signifikasi yang cukup tinggi terutama dalam aspek fungsinya seperti penunjang kesejahteraan masyarakat, sebagai prasarana kegiatan ekonomi pertanian dan sekaigus yang sifatnya rekreatif.


III. Analisia Perencanaan


Dalam proses analisa digunakan metode kualitatif dan kuntitatif terhadap aspek fisik, sosio ekonomi dan sosial budaya. Pada analisa fisik akan diarahkan pada site selection atau seleksi tapak yang menyimpulkan sub kawasan perencanaan yang layak dikembangkan atau sekaligus arahan untuk pembangunannya.

Daerah Pusat Kebudayaan minimal harus mampu memenuhi image dalam menambah pengalaman. Keberadaan Pusat Kebudayaan Banten sebagai salah satu asset untuk pemerintah Propinsi Banten sekaligus sebagai wahana pelestarian, pembinaan dan pengembangan seni budaya Propinsi Banten serta sebagai sarana informasi dan promosi berbagai aspek budaya dan untuk menginventarisir berbagai aspek kebudayaan yang ada di wilayah Banten, mensosialisasikan kepada khalayak umum yang membutuhkan. Oeh karena itu kebudayaan ini dapat mewadahi aktifitas dan kreatifitas para seniman dan budayawan.


IV. Konsep Perencanaan


Dasar perumusan konsepsi perencanaan adalah mencari titik temu antara rencana – rencana, arahan – arahan, dan kebijakan dari atas dengan karakteristik, potensi dan kecendrungan perkembangan dari kawasan perencanaan itu sendiri.
Selain itu perlu juga mendapatkan masukan untuk perumusan perencanaan dari instansi – instansi sentral perencanaan – perencanaan sektoral yang berkaitan dengan kawasan perencanaan Pusat Kebudayaan Banten.

Kawasan Pusat Kebudayaan dapat dibagi menurut aspek-aspek bangunan kebutuhan ruang kegiatan Kebudayaan yang ada di wilayah Banten, seperti arsitektur bangunan yang rencana akan digunakan yaitu; Kaibon, Surosowan, Menara Banten, Gedung kapolres dan gedung-gedung yang memiliki ciri khas bangunan kuno di Banten. Bangunan – bangunan itu tidak terlepas dari pengaruh religius (Hinduisme dan Islam), serta negara-negara lain seperti; Belanda, Cina, dan Gujarat.

Runtuhan sisa-sisa bangunan itu, memperlihatkan suatu kualitas yang kukuh dan kokoh pada masa itu. Dari peninggalan arsitektur Banten lama dapat diperoleh gambaran-gambaran mengenai perkembangan yang terjadi dari masa kemasa jika dilihat dari objek arsitektur yang senantiasa berubah dalam kurun waktu yang cukup lama.
Perkembangan kota ditinjau dari perkembangan dan perubahan elemen-elemen primer dengan latar belakang non pisik. Objek ini dapat dimamfaatkan untuk mempelajari pola perkembangan kota dan unsur yang mempengaruhinya, semuanya itu tidak lepas dari pengaruh luar terutama kebudayaan Islam yang menjadi landasan idielogis Kerajaan Banten.

Ternyata masih banyak peninggalan kota lama yang bernilai yang terlantar dan kurang mendapatkan perhatian, padahal peninggalan tersebut memiliki nilai historis yang cukup tinggi dan menjadi bukti kejayaan masa terdahulu serta menjadikan suri tauladan bagi generasi penerus yang akan datang.

Sebuah puisi yang dibuat oleh H. Halwany Michrob,
yang berbunyi;

"Gawe kuta baluarti bata kalawan kawis."
Kita bangun kota ini kita bangun benteng ini
Dengan kuatnya bata dan kekarnya karang
Telah lama kita dibenam kemegahan masa silam kelam
Terbisu kata pada pewaris jaya perkasa
Dari sultan ke sultan dari kurun ke kurun sejarah

Berikutnya, tiga abad lenyak ditelan masa
Konon Banten pernah disebut wahanten
Basah bumi dengan bebas berbuah kesuburan
Sungai mengalir deras penuh kemakmuran
Pernah pula Banten disebut katiban inten Itu pertanda Islam masuk ke jantung sanubari
Kehadirannya laksana sinar pembawa amanah
Cahaya datang memerangi tiang persada
Baldatun toyyibatun warobun ghofur
Negara dan bangsa aman tentram penuh kemesraan
Di bawah lindungan tuhan seru syah sekalian alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami menunggu partisipasi pemikiran anda.. silakan