Banten | Opini Pembaca Ditulis oleh Gading Tirta on Rabu, 29 April 2009 20:46 Perbincangan ini adalah tentang pembangunan pusat kebudayaan di Banten. Karena ini adalah rencana besar, menyangkut orang banyak, dan mulia, maka banyak yang mesti diikutsertakan dalam perbincangan ini. Ya pengusaha, seniman, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, kiyai, tukang becak, petani, pedagang, dan seterusnya. Tapi bila ada yang ragu dengan rencana ini, yakinlah ini adalah rencana bernilai ibadah dan demi kemaslahatan Banten tercinta.
Bagaimana rencana ini bergulir? Begini.
Saya mendapatkan rencana ini dari seseorang yang sangat konsisten dalam mengembangkan kebudayaan di Banten terutama dalam hal sastra, teater, musik, dan film. Ia adalah salah satu pendiri Rumah Dunia, Gola Gong. Beberapa waktu lalu, saat menghadiri Kelas Menulis di Rumah Dunia, Gola Gong menyampaikan kegundahannya tentang pembangunan gedung kesenian Banten yang sudah menjadi impian sejak dulu.
Kalau Anda pernah ke Rumah Dunia, Anda bisa melihat sebidang tanah kosong di depan Rumah Dunia. Luasnya sekitar 2873 M² (@ Rp. 250.000,-/M2). Di atas tanah itulah rencana pembangunan gedung kesenian Banten akan dibangun oleh Rumah Dunia. Tidak hanya akan dibangun gedung tapi juga akan dibangun lapangan olah raga semisal basket, footsal. Juga akan ada warung-warung kecil yang akan diisi warga yang menjajakan makanan khas kampung agar ekonomi sekitar Rumah Dunia bisa berputar, lalu dibangun juga pemandian umum bagi warga. Asal tahu saja, sebagian warga sekitar Rumah Dunia masih ada yang menggunakan sungai irigasi yang airnya berwarna coklat dan sudah bercampur dengan aneka kotoran untuk mandi.
Jika di atas tanah kosong itu sudah dibangun apa yang sudah menjadi rencana itu—dan mudah-mudahan bisa menjadi rencana dan kesadaran kolektif—maka diharapkan Ciloang, kampung di mana tempat itu dibangun, bisa menjadi titik perubahan di Banten. Gola Gong menamakannya dengan titik gempa. Dari titik itu kita berharap bisa mengguncang seluruh wilayah Banten dengan kegiatan positif.
Di gedung itu kita bisa mengadakan pertunjukan teater, tari, marawis, kosidahan, debus, musik, film, dan kegiatan kesenian lainnya. Bisa juga diadakan pameran lukisan sampai pameran buku dan temu penulis. Tapi tentu tidak hanya seniman dan sastrawan saja yang bisa menggunakan fasilitas ini semua. Semua orang, semua sekolah, perguruan tinggi, organisasi boleh menggunakan. Terbukti di Rumah Dunia sekarang, siapa pun boleh menggunaknnya untuk kegiatan. Singkatnya, semua yang memerlukan tempat dalam penumbuhan dan pengembangan kebudayaan di Banten.
Gerakan Peduli Budaya
Rencana yang agung dan mulia ini sayang sekali mentok pada pendanaan yang kini sedang digerakkan. Kalau dalam dua minggu bisa membebaskan 2400 meter saja, maka semua sudah beres. Pemilik tanah hanya memberikan waktu selama dua bulan ini terhitung dari Mei 2009 hingga 1 Juli 2009. Jika sampai waktu yang ditentukan tidak bisa, maka tanah itu akan dijual ke orang lain dan kabarnya akan dibangun toko material! Jual semen, tripleks, paku, dan bahan-bahan bangunan lain.
Dari mana uang bisa didapatkan? Rumah Dunia tentu tidak bisa menghasilkan uang sebesar itu dalam waktu yang singkat karena Rumah Dunia memang bukan perusahaan. Bisakah rencana ini terwujud? Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Begitu para bijak memberikan petunjuk.
Beberapa pengusaha sukses sudah menyumbangkan uangnya demi rencana ini. Forum Indonesia Membaca juga akan menggalang dana di acara Word Book Day di Jakarta tanggal 16 Mei 2009 pukul 14:00 WIB mendatang. Acaranya ada lelang buku klasik “Balada Si Roy”, komplet 10 buku, karya Gola Gong. Peluncuran CD album musikalisasi puisi Ki Amuk yang digawangi Firman Venayaksa, Presiden Rumah Dunia. Juga bursa merchandise Rumah Dunia. Dengan cara itu diharapkan akan terkumpul sejumlah uang.
Sayang, penyumbang paling semangat dan terbanyak hingga saat ini adalah mereka yang berada di luar Banten. Kita, sebagai orang Banten, apa tidak malu? Rasanya sudah saatnya warga Banten membangun tempatnya sendiri. Toh, sudah terbukti bahwa Rumah Dunia selama ini tidak tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri melainkan untuk siapa saja dari mana saja.
Bagaimana jika tidak bisa nyumbang? Paling tidak membantu mengumpulkan dana. Saya sebagai relawan Rumah Dunia akan mengetuk hati siapa pun—terutama warga kampus IAIN—agar bisa berpartisipasi. Yang ingin bergabung, kita bisa mengadakan kegiatan apa saja demi penggalangan dana ini. Saat ini Rumah Dunia membutuhkan bantuan kita. Sudah saatnya kita membantu. Ini ajakan bagi mereka yang pernah menggunakan fasilitas Rumah Dunia. Bagi yang telah mendapatkan ilmu dari sana. Atau bagi yang belum mendapatkan apa pun, yakinlah Rumah Dunia akan memberikan dampak positif.
Bagi yang merasa bisa membantu, kalian bisa membuka penggalangan dana di kampus-kampus atau sekolah-sekolah masing-masing. Mari kita sukseskan pembebasan lahan Rumah Dunia demi pembangunan Banten ke depan.
Berapa pun hasilnya tidak masalah. Yang terpenting, kita usaha dulu. Hasil dari sumbangan itu akan dilaporkan setiap harinya di situs Rumah Dunia (www.rumahdunia. net), face book - face book, dan mailinglist (milis) sebagai bentuk transparansi kepada para penyumbang atau pihak lain yang ingin mengetahui sejauh mana dana terkumpul. Sampai tanggal 26 April 2009 ini, uang yang sudah terkumpul sudah dapat membebaskan areal seluas 322M².
Kegiatan lain yang bisa mendatangkan pendanaan yang lebih efektif bisa dilakukan oleh orang lain, pihak lain, komunitas lain, dan seterusnya yang peduli dan ingin bergabung dalam gerakan ini. Namun perlu diingat, ini bukan kegiatan partai. Ini adalah gerakan sosial dan tidak menghasilkan secara materi bagi para relawannya.
Uluran tangan dari para pihak yang bisa mempercepat pewujudan demi perubahan Banten ini bisa sangat membantu dan sangat ditunggu. Dan perbincangan ini mesti saya sudahi. Karena hanya membincangkan sesuatu tidak akan berguna apa-apa tanpa dikerjakan. (***)
Bagaimana rencana ini bergulir? Begini.
Saya mendapatkan rencana ini dari seseorang yang sangat konsisten dalam mengembangkan kebudayaan di Banten terutama dalam hal sastra, teater, musik, dan film. Ia adalah salah satu pendiri Rumah Dunia, Gola Gong. Beberapa waktu lalu, saat menghadiri Kelas Menulis di Rumah Dunia, Gola Gong menyampaikan kegundahannya tentang pembangunan gedung kesenian Banten yang sudah menjadi impian sejak dulu.
Kalau Anda pernah ke Rumah Dunia, Anda bisa melihat sebidang tanah kosong di depan Rumah Dunia. Luasnya sekitar 2873 M² (@ Rp. 250.000,-/M2). Di atas tanah itulah rencana pembangunan gedung kesenian Banten akan dibangun oleh Rumah Dunia. Tidak hanya akan dibangun gedung tapi juga akan dibangun lapangan olah raga semisal basket, footsal. Juga akan ada warung-warung kecil yang akan diisi warga yang menjajakan makanan khas kampung agar ekonomi sekitar Rumah Dunia bisa berputar, lalu dibangun juga pemandian umum bagi warga. Asal tahu saja, sebagian warga sekitar Rumah Dunia masih ada yang menggunakan sungai irigasi yang airnya berwarna coklat dan sudah bercampur dengan aneka kotoran untuk mandi.
Jika di atas tanah kosong itu sudah dibangun apa yang sudah menjadi rencana itu—dan mudah-mudahan bisa menjadi rencana dan kesadaran kolektif—maka diharapkan Ciloang, kampung di mana tempat itu dibangun, bisa menjadi titik perubahan di Banten. Gola Gong menamakannya dengan titik gempa. Dari titik itu kita berharap bisa mengguncang seluruh wilayah Banten dengan kegiatan positif.
Di gedung itu kita bisa mengadakan pertunjukan teater, tari, marawis, kosidahan, debus, musik, film, dan kegiatan kesenian lainnya. Bisa juga diadakan pameran lukisan sampai pameran buku dan temu penulis. Tapi tentu tidak hanya seniman dan sastrawan saja yang bisa menggunakan fasilitas ini semua. Semua orang, semua sekolah, perguruan tinggi, organisasi boleh menggunakan. Terbukti di Rumah Dunia sekarang, siapa pun boleh menggunaknnya untuk kegiatan. Singkatnya, semua yang memerlukan tempat dalam penumbuhan dan pengembangan kebudayaan di Banten.
Gerakan Peduli Budaya
Rencana yang agung dan mulia ini sayang sekali mentok pada pendanaan yang kini sedang digerakkan. Kalau dalam dua minggu bisa membebaskan 2400 meter saja, maka semua sudah beres. Pemilik tanah hanya memberikan waktu selama dua bulan ini terhitung dari Mei 2009 hingga 1 Juli 2009. Jika sampai waktu yang ditentukan tidak bisa, maka tanah itu akan dijual ke orang lain dan kabarnya akan dibangun toko material! Jual semen, tripleks, paku, dan bahan-bahan bangunan lain.
Dari mana uang bisa didapatkan? Rumah Dunia tentu tidak bisa menghasilkan uang sebesar itu dalam waktu yang singkat karena Rumah Dunia memang bukan perusahaan. Bisakah rencana ini terwujud? Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Begitu para bijak memberikan petunjuk.
Beberapa pengusaha sukses sudah menyumbangkan uangnya demi rencana ini. Forum Indonesia Membaca juga akan menggalang dana di acara Word Book Day di Jakarta tanggal 16 Mei 2009 pukul 14:00 WIB mendatang. Acaranya ada lelang buku klasik “Balada Si Roy”, komplet 10 buku, karya Gola Gong. Peluncuran CD album musikalisasi puisi Ki Amuk yang digawangi Firman Venayaksa, Presiden Rumah Dunia. Juga bursa merchandise Rumah Dunia. Dengan cara itu diharapkan akan terkumpul sejumlah uang.
Sayang, penyumbang paling semangat dan terbanyak hingga saat ini adalah mereka yang berada di luar Banten. Kita, sebagai orang Banten, apa tidak malu? Rasanya sudah saatnya warga Banten membangun tempatnya sendiri. Toh, sudah terbukti bahwa Rumah Dunia selama ini tidak tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri melainkan untuk siapa saja dari mana saja.
Bagaimana jika tidak bisa nyumbang? Paling tidak membantu mengumpulkan dana. Saya sebagai relawan Rumah Dunia akan mengetuk hati siapa pun—terutama warga kampus IAIN—agar bisa berpartisipasi. Yang ingin bergabung, kita bisa mengadakan kegiatan apa saja demi penggalangan dana ini. Saat ini Rumah Dunia membutuhkan bantuan kita. Sudah saatnya kita membantu. Ini ajakan bagi mereka yang pernah menggunakan fasilitas Rumah Dunia. Bagi yang telah mendapatkan ilmu dari sana. Atau bagi yang belum mendapatkan apa pun, yakinlah Rumah Dunia akan memberikan dampak positif.
Bagi yang merasa bisa membantu, kalian bisa membuka penggalangan dana di kampus-kampus atau sekolah-sekolah masing-masing. Mari kita sukseskan pembebasan lahan Rumah Dunia demi pembangunan Banten ke depan.
Berapa pun hasilnya tidak masalah. Yang terpenting, kita usaha dulu. Hasil dari sumbangan itu akan dilaporkan setiap harinya di situs Rumah Dunia (www.rumahdunia. net), face book - face book, dan mailinglist (milis) sebagai bentuk transparansi kepada para penyumbang atau pihak lain yang ingin mengetahui sejauh mana dana terkumpul. Sampai tanggal 26 April 2009 ini, uang yang sudah terkumpul sudah dapat membebaskan areal seluas 322M².
Kegiatan lain yang bisa mendatangkan pendanaan yang lebih efektif bisa dilakukan oleh orang lain, pihak lain, komunitas lain, dan seterusnya yang peduli dan ingin bergabung dalam gerakan ini. Namun perlu diingat, ini bukan kegiatan partai. Ini adalah gerakan sosial dan tidak menghasilkan secara materi bagi para relawannya.
Uluran tangan dari para pihak yang bisa mempercepat pewujudan demi perubahan Banten ini bisa sangat membantu dan sangat ditunggu. Dan perbincangan ini mesti saya sudahi. Karena hanya membincangkan sesuatu tidak akan berguna apa-apa tanpa dikerjakan. (***)
*) Penulis adalah mahasiswa IAIN SMHB Serang dan yang sering menuntut ilmu di Rumah Dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kami menunggu partisipasi pemikiran anda.. silakan