Kami adalah

Selasa, 04 Agustus 2009

BANTENESE STUDIES (1): BANTEN DALAM LITERATUR


artikel ini diambil dari http://www.rumahdunia.net/wmprint.php?ArtID=1178

BANTENESE STUDIES (1): BANTEN DALAM LITERATUR - 05 Maret 2008 - 22:37 (Diposting oleh: Rumah Dunia)

Oleh: Ibnu Adam Aviciena
Napoleone di Buonaparte atau yang kemudian dikenal sebagai NapolĂ©on Bonaparte atau Napoleon I, sebagaimana dicatat oleh Karen Armstrong di Muhammad A Biography of the Prophet, pada 1798 mengadakan pelayaran ke Mesir bersama sejumlah ilmuwan dari Institut d’Egypte. Para ilwuman tersebut disuruhnya untuk mengadakan penelitian tentang Mesir yang kemudian hasil penelitian itu akan digunakan untuk menundukan dunia Islam dan menghancurkan hegemoni Inggris di India, meskipun gagal karena kalah oleh Inggris dan Turki.
Apa yang dilakukan oleh Prancis atas Mesir mirip dengan apa yang dilakukan oleh Belanda terhadap Nusantara. M.C Ricklefs dalam Polarizing Javanese Society: Islamic and Other Visions c. 1830-1930 menegaskan bahwa Belanda melalui Masyarakat Misionaris Belanda (NZG) mengirimkan penyebar agama Kristen ke Nusantara, sebut saja ada W. Hoezoo, Samuel Eliza Harthoom, D.J. ten Zeldam Ganswijk, dan lain-lain. Mereka secara rutin mengirimkan laporannya ke Belanda dan laporan tersebut diterbitkan di media massa bernama MNZG. Penelitian antropologis CS Hurgronje di Aceh di penghujung abad ke-19 adalah contoh lain bagaimana pengetahuan kemudian dimanfaatkan.

Banten dalam Literatur
Lalu bagaimana dengan Banten? Sejauh mana Banten diteliti dan selanjutnya dimanfaatkan? Pada bagian ini saya akan mengurutkan sebagian buku-buku tentang Banten. Pengurutan buku didasarkan kepada tahun penerbitan. Dengan mendaftar buku-buku tentang Banten, kita akan mengetahui seberapa kaya peta kajian Banten (Bantenese Studies).

Orang yang diduga pertama kali menulis tentang Banten, sebagaimana ditulis Ota Atsushi, adalah Francois Valentyn. Bukunya Oud and niew Oost-Indien diterbitkan oleh Van Wijnen pada 1724 dan 1726. Pada 1815 sebuah buku Stamford Raffles, The History of Java diterbitkan di London. Sebetulnya buku ini tidak secara khusus membicarakan Banten. Namun demikian, sedikit banyak ia mendiskusikan Banten.

Pada 1842 P.P. Roorda van Eysinga menerbitkan bukunya Handboek der land- en volkenkunde, heschied-, taal-, aardrijks-en staatkunde van Nederlandsch di bawah penerbit L. van Bakkenes pada 1842. Sepuluh tahun kemudian, 1852, karya J. Hageman Handleiding tot de Kennis der Geschiedenis, Aardrijkskunde, Fabeleer en Tijdrekenkunde van Java di terbitkan di Batavia oleh Lange.

Pada 1856 ada sebuah tulisan dari J. de Rovere van Breugel, Beschrijving het Koningkrijk Bantam yang diterbitkan oleh dalam seri BKI (Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde). Tulisan ini merupakan laporan dia kepada Jenderal Gubernur Governor-General yang berisi sejarah, masyarakat, agama, dan hal-hal lain yang terkait dengan Banten. Tulisan J.Hageman muncul lagi, yaitu Geschied- en aardrijkskundig overzight van Java, op het einde der achttiende eeuw pada 1860 dan Geschiedenis der Soenda-landen in 1869.

Setahun sebelum penerbitan Geschiedenis der Soenda-landen, buku John Crawfurd, History of Indian Archipelago: Containing an Account of the Manners, Arts, Languages, Religions, Institutions, and Commerence of its Inhabitants diterbitkan di London. Sebagaimana judul buku tersebut, buku ini tidak secara khusus membicarakan Banten. Namun demikian, John Crawfurd menyebutkan Banten sebagai sebuah kerajaan di Pulau Jawa.

Sementara buku-buku tentang Banten yang ditulis oleh orang Banten adalah buku Critische beschouwing van de Sadjarah Banten: Bijdrage ter kenschetsing van de Javaansche Geshiedschrijving. Ini adalah buku dari disertasi Hoesein Djajadiningrat di Universitas Leiden yang diterbitkan pada 3 Mei 1913. Versi Indonesia dari buku tersebut adalah Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten: Sumbangan Bagi Pengenalan Sifat-Sifat Penulisan Sejarah Jawa yang diterbitkan oleh KITLV dan Djambatan pada 1983. Hoesein Djajadiningrat menjelaskan bahwa sumber penulisan buku ini adalah Babad Banten.

Sejarah pergerakan petani di Cilegon pada 1888 yang dipimpin oleh Wasid dan kawna-kawannya menjadi tema disertasi Sartono Kartodirjo pada 1966. Buku ini berjudul The Peasants' Revolt of Banten in 1888: Its Conditions, Course and Sequel: A Case Study of Social Movements in Indonesia, diterbitkan oleh Nijhoff.

Hasan M Ambary, Halwany Michrob, dan John N Miksic menulis Katalogus Koleksi Data Arkeologi Banten (Catalogue of Sites, Monuments and Artifacts of Banten). Katalog ini diterbitkan oleh Direktortat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala pada 1988. Satu tahun berikutnya Penerbit Saudara Serang menerbitkan Catatan Masalalu Banten karya Halwany Michrob dan A Mudjahid Chudari. Buku ini memberikan deskripsi cukup lengkap tentang sejarah Banten, sejak Banten sebelum kedatangan Islam, islamisasi Banten, Banten berada di bawah kesultanan dan kolonial, sampai awal kemerdekaan Republik Indoensia.
Pada 1990 disertasi Michael Charles Williams Communism, Religion, and Revolt in Banten diteritkan oleh Ohio University Center for International Studies Monographs in International Studies. Dibandingkan dengan buku-buku yang saya sebutkan di atas, buku ini agak berbeda karena Williams tidak memperbincangkan sejarah Banten. Buku ini secara khusus memaparkan komunisme, agama, dan pergerakan di Banten.

Halwani Michrob juga menulis Data Arkeologi Pulau Panjang Jawa Barat: Hasil Survey dan Eskavasi Penyelamatan yang diterbitkan pada 1990/1991 oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Jawa Barat, DKI & Lampung. Lagi, dia menulis Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten: Suatu Kajian Arsitektur Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI Sampai Dengan Abad XX. Buku ini berisi sejarah perkembangan arsitektur Banten di Kota Banten, ibu kota Kerjaan Banten. Buku tersebut diterbitkan oleh Yayasan Baluwarti Jakarta pada 1993.

Buku lain yang berusaha melihat Banten dari sudut yang berbeda adalah buku yang ditulis oleh Heriyanti O.Untoro Kebesaran dan Tragedi Kota Banten. Awalnya buku ini adalah tesis dia di Universitas Indonesia pada 1987 yang kemudian diterbitkan pada 2006 oleh Fakultas Ilmu Budaya bekerjasama dengan Yayasan Kota Kita. Judul tesisnya adalah Tragedi Kesultanan Banten. Melalui buku tersebut penulis melihat kemunduran Banten dari cara pandang ekonomi lingkungan.

Buku yang juga memaparkan sejarah Banten dari awal hingga perkembangan terbaru ditulis oleh Lina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara yang diterbitkan pada 2003 oleh Pustaka LP3ES Indonesia. Buku ini tidak jauh berbeda dari buku Catatan Masa Lalu Banten. Yang sedikit membedakan adalah bahwa bab terakhir buku ini membicarakan perjuangan orang-orang Banten untuk mendapatkan kebebasan dari provinsi Jawa Barat. Sementara pada bab-bab sebelumnya, kurang lebih sama dengan buku Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari.

Pada 2004, wartawan Radar Banten Abdul Malik membukukan tulisan-tulisannya yang selama ini dimuat bersambung di rubrik refleski Radar Banten Sabtu sepanjang 2000 hingga 2003. Buku yang diterbitkan Suhudsentrautama dan Rumah Dunia ini secara garis besar membahas keadaan politik, sosial budaya, dan masa transisi Banten. Sebagai sebuah refleksi atas berbagai persoalan yang ditemui penulisnya di Banten, buku ini tidak akademis.
Buku yang juga tidak akademis, dari kumpulan artikel dari media massa, terbit pada 2005. Buku itu Menyimak Fenomena Pendidikan di Banten, karya Anis Fauzi. Ia mengumpulkan tulisan-tulisannya tentang pendidikan yang tersebar di Pikiran Rakyat, Bandung Pos, Media Pembinaan, Karina, Dinamika, Radar Banten, Fajar Banten, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, dan Bulletin PT. Krakatau.
Masih buku tentang refleksi penulisnya, Gola Gong lewat penerbit Dar! Mizan pada 2006 menerbitkan tulisan-tulisannya yang dimuat bersambung di majalah Matabaca sejak Desember 2004. Kumpulan tulisan itu kemudian menjadi Menggenggam Dunia Bukuku Hatiku. Dengan menjadikan kata-kata Multatuli “ya aku bakal dibaca” sebagai judul bab pertama, ia menjelaskan tradisi baca dan tulis, termasuk kebiasaan orang Jepang yang menuliskan hal-hal biasa, di antaranya menulis autobiografi. Dari sana dia memaparkan perjalanan hidupnya.
Buku yang cukup baru tentang Banten adalah buku Ota Atsushi Changes of Regime and Social Dynamic in West Java: Society, State and the Outer World of Banten 1750-1830 yang diterbitkan di Leiden dan Boston pada 2006 oleh Brill. Buku ini mengungkap pemberontakan di Banten sepanjang 1750 sampai 1752, campurtangan Belanda dalam kerajaan Banten, dan perubahan rezim di dalam kerjaan Banten dari 1808 hingga 1830.
Dalam bentuk fiksi, Firman Venayaksa mencatat bahwa Banten dijadikan setting sejumlah novel, seperti dalam The Alcemist karya Ben Johnson (1610), Love for Love karya W Congreve’s (1695), dan karya Bignon’s Adventures d’ Abdalla, The Court of the King of Banten (1685). Fiksi yang terbit akhir-akhir ini seperti kumpulan cerita pendek Kacamata Sidik yang diterbitkan Senayan Abadi pada 2004. Masih pada tahun yang sama, Grasindo menerbitkan Geger Cilegon (Banten), cerita rakyat yang ditulis oleh Endang Firdaus. Juga masih pada 2004 penerbit Lentera Dipantara mengeluarkan novel Pramoedya Ananta Toer yang menjadikan pemberontakan Darul Islam di Banten selatan bahan cerita dalam Sekali Peristiwa di Banten Selatan.
Penulis Banten dalam Literatur
Sementara berikut adalah buku-buku yang menjadikan penulis Banten sebagai bahan pembicaraan:
Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat: Karya dan Pengabdiannya adalah buku dari Drs Sutopo Sutanto tentang Hoesein Djajadiningrat. Buku ini diterbitkan pada 1982 dan diterbitkan ulang pada 1984 oleh Department Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai-Nilai Traditional. Buku ini menggambarkan menggambarkan Hoesein Djajadiningrat dari masa kecil, pendidikan di Hindia Belanda dan di Belanda di bawah bimbingan CS Hurgronje. Sayangnya, sekalipun ada data tambahan dari hasil wawancara penulisnya dengan sejumlah keturunan Hoesein Djajadiningrat, buku proyek pemerintah ini seperti copy-paste dari halaman-halaman awal buku Memoar Pangeran Aria Djajadiningrat, versi bahasa Indonesia dari Herinering van Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat.
Chaidar adalah seorang biasa yang melakukan penelusuran Syaikh Nawawi Al-Bantani secara heroik. Dia menghubungi keturunan Syaikh Nawawi al-Bantani di mana-mana, terutama yang ada di Banten. Pencarian keterangan siapa sang Syaikh membawanya ke Mekkah dua kali, hingga dia trance di kuburan Syaikh Nawawi di Ma’la. Pencariannya tersebut dia tuliskan di bukunya Sejarah Pujangga Islam Syech Nawawi Albanteni, Indonesia. Buku ini diterbitkan Sarana Utama, Jakarta, pada 1978.
Masih tentang Syaikh Nawawi al-Bantani, Understanding Jews and Christians in The Qur’anic Commentary Syekh Nawawi Banten (1813-1897) adalah seuah tesis master Asep Muhammad Iqbal yang meneliti pandangan Syaikh Nawawi al-Banteni tentang hubungan antara Muslim, Yahudi, Jews, dan Kristen dalam Marah Labid karangan Syekh Nawawi al-Bantani. Tesis tersebut diajukan ke Universitas Leiden pada 2003 dan diterbitkan sebagai buku oleh Teraju pada 2004.
Pengarang lain yang dijadikan topik dalam penelitian adalah Gola Gong. Terdapat enam skripsi yang membahas karya-karyanya. Hanya saja, dua skripsi tidak bisa dilacak. Berikut adalah skripsi-skripsi tersebut: Proses Kreatif Gola Gong Dalam Serial Balada Si Roy tulisan Provita Niekeen Chrisdiyana yang diadjukan ke Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta pada 2000; Konflik Tokoh-Tokoh Dalam Trilogi Novel “Pada-Mu Aku Bersimpuh”, “Biarkan Aku Jadi Milik-Mu”, Dan “Tempatku Di Sisi-Mu” Karya Gola Gong (Pendekatan Psikologi Sastra) karya Rianna Wati which yang diajukan ke Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta pada 2004; Karakter Nurkhasanah Dalam Novel Pada-Mu Aku Bersimpuh” Karya Gola Gong (Analisis Pesan Dakwah) skrispi Helmi Yuliana yang diajukan ke Facultas Dakwah Universitas Islam Negri Yogyakarta pada 2004; dan Pesan-Pesan Dakwah Dalam Cerpen Karya Gola Gong skripsi dari Suryani yang diajukan ke Facultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarifhidayatullah Jakarta pada 2005.
**
Buku-buku yang saya sebutkan di atas hanya sebagian dari literatur yang membahas Banten dan penulis Banten. Masih banyak buku-buku lain tentang Banten, misalkan tentang penulis Banten Syaikh Yusuf atau di Banten dikenal sebagai Maulana Yusuf. Di perpustakaan KITLV Leiden terdapat 237 artikel dan buku yang menjadikan Banten sebagai judul, sementara di perpustakaan Universitas Leiden terdapat 123 buku yang pada judulnya terdapat kata Banten. Artinya, masih banyak lagi buku-buku yang menjadikan Banten hanya bagian dari pembahasan buku tersebut.
Daftar data tentang Banten akan semakin panjang lagi kalau kita mengumpulkan naskah kolonial di Nationaal Archief di Den Haag, juga mengumpulkan buku-buku tentang Banten dari perpustakaan di universitas-universitas lain di negara selain Belanda. Hanya masalahnya, dalam hal ini kita seperti orang pedalaman. Kita diwawancarai dijadikan bahan penelitian, sementara kita tidak mengadakan penelitian tentang diri sendiri dan tidak memiliki hasil penelitian orang lain tentang diri kita.
Sekedar mengulang penuturan saya di awal tulisan ini, ilmu pengetahuan dari hasil penelitian itu mirip pisau. Ia bisa dimanfaatkan sebagaimana apa yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte dan para ilmuwannya. Negera-negara maju bukan tanpa alasan mengabiskan uang banyak untuk sebuah penelitian di daerah terpencil. Selalu ada hal besar di balik itu. Beberapa bulan sebelum saya berangkat ke Belanda, saya membaca brosur Universitas Leiden. Disebutkan di brosur tersebut bahwa lulusan Islamic Studies bisa bekerja di perusahaan multinasional. Saat itu saya heran kenapa mahasiswa yang kuliah agama bisa bekerja di perusahaan. Ternyata jawabannya, bahwa ia bisa menjadi penasihat perusahaan-perusahaan tersebut yang beroperasi di negeri-negeri Muslim. Jadi, dalam hal ini ia akan menjadi seperti CS Hurgronje yang menjadi penasihat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).**
Ibnu Adam Aviciena,
mahasiswa Universitas Leiden, Belanda dan relawan Rumah Dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami menunggu partisipasi pemikiran anda.. silakan