Kami adalah

Selasa, 19 Juli 2011

Pengelolaan Laut Banten dalam (Persiapan) Otonomi Daerah

Oleh: Prof. Dr. H.M.A. Tihami, M.A.


I

Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 ayat (3) berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk se-besar-besar kemakmuran rakyat”. Dalam penjelelasannya secara singkat dinyatakan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat yang harus dikuasai oleh negara karena negara bertanggungjawab atas kemakmuran rakyat.

Anatomi dari materi Undang-undang Dasar tersebut nampak ada tiga komponen penting yang bagiannya kemudian pada satu tujuan. Ke tiga komponen itu ialah: Bumi, air dan kekayaan alam yang dikandungnya; negara; dan rakyat. Bumi dan air merupakan wilayah atau kekuasaan tertentu. Negara merupakan pihak yang menguasai bumi dan air itu, dan konsekwensinya, negara mempunyai hak dan kewajiban. Sedangkan rakyat yang merupakan penghuni yang berdaulat atas negara itu, merupakan pihak yang menikmati kemakmuran itu.

Negara dalam undang-undang tersebut digambarkan sebagai pengelola yang terdiri atas pemerintah dan rakyat – atau bahkan pemerintah itupun merupakan rakyat darisuatu negara – merupakan kesatuan fungsi. Untuk merealisasikan fungsi itu, negara yang rentang jangkauan begitu besar, harus dibagi dalam fungsi-fungsi yang rentang jangkauannya menjadi relatif kecil. Itulah sebabnya dalam UUD ’45 jadi ada aturan tentang pembagian wilayah/daerah yang lebih kecil. Konkretnya, daerah ------ dario daerah kabupaten/kota. Salah satu dari bagian wilayah itu ialah (propinsi) Banten.

II

Dalam tata letak bumi, Banten merupakan wilayah daratan yang berada di ujung barat pulau Jawa. Sebagai ujung suatu pulau, kenyataannya Banten dikelilingi oleh laut yang boleh dibilang baik. Demikian pula perangkat laut, yang antara lain pulau-pulau, baik yang bisa dimukimi maupun yang tidak bisa, ternyata Banten juga memilikinya. Dalam penentuan wilayah, ada tiga laut besar di Banten, yaitu: laut Jawa di sebelah utara, Selat Sunda di sebelah barat, dan lautan Hindia di sebelah Selatan. Di tiga laut itulah tersebar lebih kurang 100 buah pulau-pulau besar (yang dimukimi) dan pulau-pulau kecil.

Laut dan pulau-pulau dengan segal potensi yang melekat pada dan di dalamnya di Banten itu, kaitannya dengan otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 dan No. 35 tahun 1999, pada intinya terletak pada wilayah kabupaten/kota. Untuk wilayah propinsi yang menurut Undang-undang tersebut hanya memiliki “kekuasaan” dekosentrasi, tentu tidak sebesar “kekuasaan” kabupaten/kota. Oleh karena, dengan ---- dari kewenangan kabupaten/kota terhadap pengelolaan potensi-potensi alam, khususnya laut yang akan ditentukan kemudian itu, maka melihat laut dengan segala potensinya di Banten secara keseluruhan (utuh), adalah prioritas yang baik untuk dilihat dulu.

Untuk mempertegas pengelolaan laut Banten itu, perlu kiranya dilihat karakteristik dan potensi elemennya. Untuk itu, secara umum laut Banten dapat dilihat dari bagian-bagian komponennya, yaitu pantai, perairan dan pulau-pulau (kecil). Pengelolaan pantai tentu berbeda dengan pengelolaan propinsi, dan demikian pula dengan pulau-pulau kecil, yang tentu saja pengelolaan dimaksud harus berorientasi pada keuntungan dalam rangka kesejahteraan masyarakat.

III

Gambaran ril pantai di wilayah Banten dapat dibagi tiga kategori, yaitu pantai datar berhampar, pantai curam berbibir batu, dan pantai landai berpasir. Pantai datar berhampar pada dasarnya didapati dihampir wilayah bagian utara Banten, misalnya ujung pantai dari wilayah Tangerang. Pantai curam berbibir batu terdapat di beberapa tempat, misalnya di bagian timur Bojonegara, daerah-daerah di ujung ------, Cigading, --- tertentu disepanjang selat sunda dari pantai selatan. Sedangkan pantai landai berpasir terdapat di sepanjang pantai Anyer, Carita (Selat Sunda), dan pantai selatan sepanjang Malingping Bayah.

Bentuk-bentuk dari variasi pantai seperti gambar di atas, amat berpotensi untuk pengembangan budi daya hayati laut, kepentingan transportasi, dan pariwisata. Pantai datar berhampar amat berpotensi untuk pengembangan budi daya hayati laut, misalnya kerang, kepiting, dan sebangsanya. Pengembangan budi daya ini harus diikuti dengan lingkup hayati yang bukan saja ----, tetapi juga menyelamatkan pantai dari abrasi. Upaya pembentukan lingkungan itu antara lain dengan penanaman hutan bakau dan sejenisnya. Pemanfaatan sebangsa kerang, kepiting, dan sebangsanya dapat ditingkatkan kualitasnya sehingga ----.Laut yang pantainya curam, amat berpotensi untuk pengembangan --- sebagai prasyarat transportasi laut. Pantai-pantai curam dengan kedalaman laut tertentu yang dapat dilalui kapal-kapal berukuran (bobot) besar dan kecil, terdapat di beberapa pantai laut Banten. Potensi ini amat besar, apalagi laut Banten, khususnya Selat Sunda, merupakan jalyr alternatif yang sangat menentukan bagi hubungan Selatan dan Utara; terlebih lagi telah nampak kepadatan lalu lintas laut dan kualitas pelayaran yang cenderung menurun pada jalur Selat Malaka.

Pantai laut Banten yang landai berpasir amat berpotensi atas pengembangan pariwisata pantai. Apalagi di beberapa tempat ada kombinasi antar pantai berpasir dengan gunung di belakangnya. Cukup banyak tempat-tempat yang seperti ini di samping pantai laut Banten. Kombinasi alam dengan pegunungan itu akan lebih menarik jika dilengkapi dengan sarana-sarana wisata yang menjanjikan yang mungkin sampai pada wisata spiritual. Misalnya menu pariwisata dengan pembinaan rohani di villa-villa tertentu atau tempat-tempat tertentu.

Dari ketiga karakteristik pantai seperti tersebut di atas dengan potensi-potensi pengembangan yang melekat di dalamnya, merupakan tantangan yang tidak ringan dalam pengelolaannya. Tantangan dimaksud bisa berupa penolakan, ---- dengan pengembangan itu sendiri sehingga tujuan untuk kesejahteraan rakyat dapat dicapai. Upaya ke arah itu sedikit banyak akan mulus jika dilakukan oleh pengelola, dalam hal ini pemerintah daerah, yang kreatif; tidak harus dilakukan sendiri secara langsung. Kreatifitas pemerintah daerah, khususnya kabupaten dan kota, dapat diwujudkan dengan merekrut tenaga ahli dan permodalan (investasi) secara terbuka, yang harus dikawal dengan aturan-aturan daerah yang kondusif.

IV

Dari sisi perairan, laut Banten memiliki sember-sumber daya alam yang secara ekonomis cukup bernilai. Secara khusus sumber ini dikatakan sebagai sumber daya kelautan. Barnaswijaya (2000:12) mengemukakan prediksi potensi ini pada jenis, yaitu terumbu karang, rumput laut, dan ikan laut. Sedangkan hasil penelitian Nuraini (2000), ada juga yang disebut padang ---, yaitu sejenis rerumputan laut yang amat penting sebagai habitat ikan-ikan laut.

Terumbu karang sebagai sumber daya alam hayati kelautan, merupakan suatu hasil proses pertumbuhan dari koral yang masih berlangsung di bawah permukaan air laut dengan temperatur sekitar 250C, dan kandungan kegaraman sekitar 35,30 0/00 (persenpermill), dengan kedalam laut sekitar 25 meter dari permukaan air laut. Kegunaan terumbu karang ini, ialah sebagai tempat yang sangat baik dan strategis bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan laut. Karena itu pula, padang terumbu karang bisa dijadikan tempat wisata laut (penyelaman), atau menggunakan boat beralas kaca, untuk menyaksikan keindahan dan keragaman ikan laut serta terumbu karangnya sendiri.

Terumbu karang dengan kondisi alam yang sangat baik dengan ukuran yang relatif luas, di propinsi Banten terdapat di beberapa daerah yaitu di pantai Labuan, Panimbang, di Selat Pulau Panaitan, dengan Pantai Selatan Pulau Jawa (Banten). Pemanfaatan lahan ini menuntut pengelolaan yang hati-htai dengan mempertimbangkan antara pengelola sektor pariwisata dengan sektor kelautan dan perikanan.

Sumber daya kelautan yang lain yang terdapat di laut Banten ialah rumput laut.Rumput laut ini merupakan tumbuhan laut yang hidup di dasar laut. Tingkat kedalaman laut yang ditumbuhi atau untuk pengembangan rumput laut berkisar antara 3 sampai dengan 50 meter dari permukaan air laut. Di laut batas secara alami dengan kondisi yang amat baik terdapat di daerah pantai Labuan, Panimbang, daerah Teluk Lada, dan daerah-daerah pantai Selatan.

Kondisi lingkungan laut Banten ternyata cocok untuk pengembangan rumput laut. Potensi ini harus dimanfaatkan karena rumput laut mempunyai nilai ekonomi yang bagus. Kegunaan rumput laut ini ialah sebagai bahan dasar keperluan kosmetik dan makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi. Kemudian secara langsung juga, rumput laut itu merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan ikan dan biota laut. Lingkungan laut yang cocok dengan pengembangan rumput laut, dapat juga dilakukan bududaya yang secara ekonomis menghasilkan devisa. Karena itu perlu kemampuan yang memadai, cerdas, dan kreatif.

Tumbuhan laut yang kegunaannya bagi pembiakan ikan laut ialah rumput lama yang karena luasnya biasa dsebut padang lama. Tumbuhan ini banyak didapati terutama di sepanjang pantai utara Banten, misalnya di teluk Banten. Ada indikator, jika padang lam ini terpelihara keseimbangannya dengan baik, maka pengembangbiakan ikan laut dapat dimaksimalkan. Pengertiannya, melestarikan dan mengembangkan padang lamasama artinya dengan mengundang ikan-ikan laut untuk berkembang biak. Upaya untuk mengembangkannya meliputi pe;estarian dan pencegahan dari kerusakan yang penyebab terbesar kerusakannya ialah oleh manusia, melalui pengurangan pantai, pencemaran, dan penangkapan ikan yang merusak padang lama itu.

Sumber daya kelautan yang ada di laut Banten yang juga penting ialah ikan laut. Sedangkan sumber daya hayati ikan laut merupakan makanan dengan nilai gizi dan protein amat tinggi. Seluruh kawasan laut dari ----- bagian utara, barat, dan selatan Banten --- mempunyai potensi ikan laut yang cukup besar. Jenis-jenis ikan yang banyak didapati/hidup di laut Banten ialah ikan layang, ikan kurapu, bawal putih, dan kakap putih. Jenis-jenis lain juga banyak didapati, misalnya cumi, teri, dan lain-lain, yang jumlahnya tidak sebesar ikan-ikan tersebut di atas. Daerah hidup dan tangkap ikan yang amat potensial ialah di daerah-daerah pantai Labuhan, Panimbang, dan pantai selatan pulau Jawa.

V

Potensi laut Banten dari aspek lain ialah banyaknya pulau-pulau kecil yang tersebar dari sebelah utara, barat, sampai selatan. Pulau-pulau kecil itu ada yang berpotensi atau bahkan sudah menjadi pemukiman, ada pula yang berpotensi tempat-tempat rekreasi (industri pariwisata), ---- lalu lintas laut. Catatan sejarah masa lalu telah --- hitungan dan --- pulau ini sampai berjumlah kurang lebih 100 buah pulau. Untuk meyakinkan --- atas pulau-pulau itu perlu dilakukan penelitian yang baik, sehingga --- memenuhi sasaran.

Di antara pulau-pulau itu ada yang sudah menjadi tempat cagar alam (misalnya Pula/Desa Burung), dan ada juga yang sudah menjadi pemukiman masyarakat. Mungkin bisa dikembangkan ada pulau-pulau yang menjadi transit, maupun kawasan wisata, memerlukan pengembangan sarana transportasi laut yang ---, cepat, dan aman. Kelengkapan transportasi laut ini berarti memerlukan ---- pelabuhan kecil tempat ---- berlabuh yang tersebar di daratan dan pulau-pulau yang dikembangkan itu. Ini artinya, ada sektor-sektor yang bekerja sama, yaitu pariwisata, perkembangan, kelautan, dan sektor-sektor lain yang terkait dengan kesejahteraan rakyat.

VI

Uraian di atas setidaknya memberikan gambaran bahwa laut Banten mempunyai potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis. Prospektif nilai ekonomis itu sedikit banyak dapat menjanjikan terpenuhinya kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan yang cerdas, kreatif, dan terbuka dengan tidak eksploitir atau merugikan lingkungan.Karena itu --- pada sektor-sektor terkait secara integral adalah penting.

Dalam waktu dekat perlu dipersiapkan institusi yang berkenaan denagn kelautan, perikanan, pariwisata, ---, pendidikan, dan lain-lain. Lini-lini sektor tersebut mesti berpijak [ada basis kultur dan visi-visi daerah-daerah di Banten, agar mutu kesejahteraan masyarakat menjadi terjamin. Semoga Allah SWT menolong kita.



DAFTAR BACAAN


1. Barnawidjaya, Deddy M, Prof. Dr. Ir. M.Sc., Membangun Potensi Sumber Daya Alam bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Banten. makalah pada Workshop Kerangka Strategis Pengembangan Propinsi Banten (Jakarta; 19 – 20 Agustus 2000)
2. Haeruman, Herman, Prof. Dr. Ir. M.Sc., Kerangka Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi Banten, makalah pada Workshop Kerangka Strategis Pengembangan Propinsi Banten (Jakarta; 19 – 20 Agustus 2000)
3. Kiswara, Wawan, Drs. M.Sc., Padang Lama Teluk Banten; Manfaat dan ancaman yang dihadapinya, makalah pada Workshop Kerangka Strategis Pengembangan Propinsi Banten (Jakarta; 19 – 20 Agustus 2000)
4. Nuraini, Siti, M.Sc., Identifikasi Kekayaan Jenis Ikan dan Penangkapannya di Teluk Banten, Makalah Seminar Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pengelolaan Teluk Banten (Serang: 7 Agustus 2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami menunggu partisipasi pemikiran anda.. silakan