Wangaskerta menjelaskan pula, : oleh para mahakawi yang terlibat dalam penyusunan naskah Wangsakerta disebut jaman besi (wesiyuga), karena mereka dianggap telah mampu membuat berbagai macam barang dan senjata dari besi, yang lebih penting, mereka telah mengenal penggunaan emas dan perak.
Dari kisah ini dapat diambil kesimpulan, bahwa pengambilan nama Salakanagara, atau Kotaperak, atau argyre memang wajar dan sangat terkait dengan jaman tersebut, yang kisahkan oleh para Mahakawi sebagai jaman besi (wesiyuga), jaman manusia di Nusantara telah mengenal penggunaan besi dan perak sebagai perkakas. Sedangkan kaum pendatang, seperti Dewawarman dari India datang ketempat tersebut dimungkinkan untuk berdagang dan mencari perak.
Raja-raja Salakanagara
Raja raja Salakanagara menggunakan nama Dewawarman sesuai nama raja pertamanya, yaitu Dewawarman I., menurut sejarah merupakan salah seorang Pangeran dari Palawi, India selatan, sebelum menjadi menantu aki ia adalah duta negaranya di Pulau Jawa. Dewawarman.
Pertemuan klan Aki Tirem dengan Dewawarman semula berazaskan pada kepentingan saling melindungi. Aki Tirem ketika itu sebagai penghulu diwilayah Salakanagara, sedangkan Dewawarman duta dari Palawa. Konon kabar menurut Naskah Wangsakerta, Dewawarman selalu melindungi penduduk Salakanagara dari rongrongan para perompak.
Kerjasama yang paling mengesankan bagi kedua belah pihak ketika Pasukan Dewawarman dengan Aki Tirem menregap rombongan perompak yang turun ke Salakanagara. Serta merta mereka dapat dilumpuhkan. Sejak saat itu pasukan Dewawarman sering turun ke Salakanagara, hingga suatu saat Dewawarman terpikat oleh putri Aki Tirem, kemudian menikah. Demikian juga seluruh pasukan dan kerluarganya, merekapun mengikuti jejak Dewawarman menikai putri-putri Salakanagara.
Ketika Aki Tirem sakit ia sudah berpesan agar jika suatu saat meninggal maka Dewawarman yang diharapkan menggantikan kedudukannya. Hingga tibalah Aki Tirem Wafat. Ada juga yang mengisahkan Akti Tirem ketika digantikan Dewawarman belum wafat, namun ia sengaja mengundurkan diri dari keramaian dunia dan pergi bertapa. Dewawarman kemudian dinobatkan menjadi raja pertama Salakanagara, dengan gelar Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara, Sedangkan Dewi Pohaci diberi gelar Dwi Dwani Rahayu.
Penyerahan kekuasaan tersebut terjadi pada tahun 122 M. Dan pada saat itu diberlakukan pula penanggalan Sunda yang dikenal dengan sebutan Saka Sunda.
Dewawarman I berkuasa selama waktu 38 tahun sejak dinobatkan pada tahun 52 Saka atau 130 M. selama masa pemerintahan ia pun mengutus adiknya yang merangkap Senapati, bernama Bahadur Harigana Jayasakti untuk menjadi raja daerah di Mandala Ujung Kulon. Sedangkan adiknya yang lain, bernama Sweta Liman Sakti dijadikan raja daerah Tanjung Kidul dengan ibukotanya Agrabhintapura. Nama Agrabhinta dimungkinkan terkait dengan nama daerah berada didaerah Cianjur selatan, sekarang menjadi daerah perkebunan Agrabhinta, hanya karena sulit diakses, daerah tersebut seperti menjadi daerah tertinggal.
Klan Dewawarman menjadi raja Salakanagara secara turun menurun. Seperti Dewawarman II anak Dewawarman dari perkawinan dengan Pohaci Larasati. Dalam catatan sejarah, raja-raja Salakanagara yang menggunakan nawa Dewawarman sampai pada Dewawarman IX. Hanya saja setelah Dewawarman VIII, atau pada tahun 362 pusat pemerintahan dari Rajatapura dialihkan keTarumanagara. Sedangkan Salakanagara pada akhirnya menjadi raja bawahan Tarumanagara.
Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Salakanagara meliputi Banten, Jawa Barat bagian barat dan pulau-pulau didalam Wilayahnya. Sepanjang pantai Salakanagara dijaga Pasukan Dewawarman, termasuk pesisir Jawa Barat, Nusa Mandala atau Puilau Sangiang, Nusa Api dan pesisir Sumatra Bagian selatan. Bertujuan untuk menjaga keamanan dari gangguan perampok. Sebagai imbalannya, para pelaut tersebut diwajibkan membayar upeti.
Selama kejayaan Salakanagara memang gangguan yang sangat serius datangnya dari para perompak. Hingga pernah kedatangan perompak Cina. Namun berkat keuletan Dewawarman dengan membuka hubungan diplomatik dengan Cina dan India pada akhirnya Salakanagara dapat hidup damai dan sentausa.
Peninggalan Salakanagara
Cag Heula. (***).
Mudah mudahan tulisan ini ada yang dapat melakukan koreksi. Harur Nuhun.
Hanya meluruskan... Istilah Ki dalam masyarakat Lampung adalah Kyai atau Abang Tertua Pemuka yang dijunjung & dihormati, seiring berubahnya zaman sebutan Kyai berumah menjadi ki
BalasHapusSedangkan Istilah Datuk adalah: istilah orang pemikul Junjungan baik adat maupun Jabatan serta dituakan, seiring berubahnya fungsi istilah Datuk kerap disamakan dengan istilah kakek pada masyarakat Melayu Sumatera (Pada Umumnya) dan istilah Penyebutan Kyai berubah menjadi Ki & Aki beralih fungsi menjadi Kakek pada (masyarakat Sunda).
Sedangkan Istilah Nyai/Nyi adalah sebutan untuk Ratu Kehormatan untuk wanita.
Saka : Awal/Dahulu/terdahulu
Janma/Jelma : Orang/Individu
Sejarah Babad Mahabrata diIndia tak pernah menyebut isilah Dapunta & Shang Hyang, jadi istilah Dewa,Dapunta(Datuk/org mulia), Dewa, Haye, Waye, Way, kemudian bsrubah Caye, dan Cai (Air)ini adalah kolaborasi antara budaya Palawa (Melayu Malaka & Sumatera) dengan Cina.
Penyebutan admint tentang Salakanegara di Tatar Sunda ini menarik, sebab asumsi saya Pribadi kemungkinan penyebutannya adalah Skala Bhrama Nagara atau Kemungkinan #Kerjaan_Skala_Bhra (Skala Brak) di Lampung dengan Pusat di Lampung Bagian Barat,Pesisir Barat Sumatera & Kekuasaanya meliputi Pulau Sangiang, Cikoneng Anyer, hingga perbatasan Tengger Elang (Tanggerang) ini sebelum memudarakan Skala Bhra beralih menjadi kerjaan Tarumanagara/i : Istilah negeri Petarung (Jawara).
Perlu saya luruskan Istilah Palawa hanya berlaku di zaman awal mula2 Peradaban di Nusantara khususnya Sumatera tak pernah kisah BAbad Al Jawi & Bharmi(India) memperkenalkan aksara Palawa aksara Jawa Pegon, Hanacaraka adalah Pecahan dari Aksara utama yaitu : Pallawak (pelaut) hingga berubah penyebutan menjadi :(Palawa) kemungkinan nenek moyang kita Orang2 yang tangguh menakhukan Nusantara dengan berlayar
Kembali ke Kyai atau Ki Dungku kami menyebutnya Pungkul,adalah Keturunan dari Kyai Rhajanara Dhlom Putra Merga Perancang Naskah #CandiBatuKabayan di Dusun Laman/Lamban Tuha Komering Danau Ranautepatnya di Perbatasan Lampung Utara & Lampung Barat.
Wallahu'alam semoga bermanfaat..
Salam Budaya #AnakCucuAdam