Kami adalah

Rabu, 09 Desember 2009

KESULTANAN DAN PERKEMBANGAN


Hassanuddin segera membenahi negara baru tersebut. Untuk memajukan Banten dia tanpa ragu mencontoh pengaruh luar dalam banyak hal dengan tetap berpijak pada identitas diri yaitu ketimuran dan keislaman. Dia bukanlah orang yang berfaham sempit dan kaku, sejauh pengaruh luar tersebut bermanfaat.


Hassanuddin mencoba mencontoh peradaban Muslim klasik (700-1400) yang sempat menjadi ukuran internasional. Peradaban tersebut berasal dari berbagai budaya antara lain Arabia, Mesir, Mesopotamia, India, Cina, Persia dan Romawi yang di-Islam-kan. Banyak buku dibawa dan pakar diundang untuk turut membangun peradaban Muslim tanpa menilai latar belakang agamanya. Hasilnya, kaum Muslim bukan sekadar menerima tetapi turut memberi peradaban dengan cara menjadi penemu dan pencipta semisal Jabir ibnu Hayyan, al-Kindiy, al-Khawarizmiy, Ibnu Sina, Ibnu Rusyud, al-Ghazaliy, ‘Umar Khayyam, Imam Syafi’iy, Imam Malikiy, Imam Hanafiy dan Imam Hanbaliy. Karya-karya mereka masih berpengaruh hingga kini. Singkat cerita, prestasi yang teraih itu disebabkan keberanian kaum Muslim saat itu berdialog dengan umat lain atau peradaban lain dengan berdasar semangat universalisme Islam. Mereka menyadari bahwa manusia tercipta dengan keragaman asal usul untuk bergaul dan Islam mengajarkan kesamaan derajat dengan ukuran kemuliaan adalah taqwa. Mereka bergaul, belajar dan membangun kemanusiaan dan peradaban dengan umat lain tanpa perlu mengganggu keislamannya. Inilah yang perlu dicontoh oleh kaum Muslim dari zaman ke zaman.


Maka, Hassanuddin mulai mengundang bangsa-bangsa lain untuk turut serta membangun Banten. Banyak ahli semisal seni, bangunan, politik, ekonomi dan planologi berdatangan ke Banten menunjukkan keahliannya. Maka bangsa Cina, India, Arab, Portugis, Persia, Turki, Inggris, Perancis, Belanda dan sebagainya bahu membahu membangun Banten di segala bidang dan hal tersebut berlangsung demikian lama karena dilanjutkan oleh para penggantinya. Hasilnya dapat kita saksikan kini, pengaruh asing dari sisa peninggalan Kerajaan Banten semisal masjid, istana, benteng dan makam. Walaupun tak dapat dibantah banyak peninggalan tersebut tidak utuh akibat dimakan zaman dan konflik berkepanjangan. Istana Surosowan misalnya, dirusak oleh pasukan Belanda atas perintah Gubernur Jenderal Hermann Willem Daendels tahun 1808. Reruntuhannya dipakai untuk membangun kota Serang, ibu kota Keresidenan Banten dan kini Provinsi Banten.


Kota Banten diperluas dan dibentengi oleh tembok tebal serta dikelilingi parit besar, ciri umum kota-kota zaman itu. Hal tersebut berdasar pemikiran bahwa zaman itu masih banyak peperangan. Adapun jalan-jalan kota diperkeras dengan batu bata sehingga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami menunggu partisipasi pemikiran anda.. silakan